Sabtu, 20 April 2019

Cara deteksi fraud data pemilu

Fraud dan cara deteksinya.
Andai saja th 1977  ketua LPES berani mengumumkan hasil quick count yang dilakukannya, mungkin rejim ORBA akan berakhir lebih cepat, karena hasil quick count waktu itu memang berbeda jauh dengan hasil perhitungan PPI(KPUnya waktu itu), mungkin juga tidak akan terjadi kerusuhan 1998. Tapi sejarah memang sudah tersurat dan tinggal kita ambil hikmahnya.
https://nwcua.org/category/compliance/fraud-alert/

Menyambung postingan sebelumnya, akan dibahas tentang fraud data, tidak ada salahnya kita tengok beberapa tokoh dibalik lahirnya Benford Law, Frank Benford seorang insinyur di General Electric yang membuat formula untuk mencari fraud yang kemudian dikenal dengan Benford Law, sebenarnya landasan teorinya sudah ditemukan sejak lama oleh ilmuwan Amerika Simon Newcomb pada tahun 1880-an.
Teori.
Filosofi teorinya sederhana, bahwa  angka yang mengandung digit 1 selalu lebih besar probabiltas munculnya dibandingkan yang lain, contoh ambil  urutan angka 1-50, probabilitas munculnya angka, 1,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,21,31,41, ada 14 angka, sementara angka yang mengadung digit 2 adalah 2,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,32,42, ada 13 angka, dan 3, 30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,43 ada 12 angka, demikian seterusnya. Cerita singkatnya setelah Frank Benford bereksperiment selama 50 th dengan berbagai kasus menemukan formula yang disebut Benford Law :

Kamis, 18 April 2019

Mungkinkah ada fraud di pemilu kita?


Indonesia sudah melakukan pemilu 11 kali, th 2004 mulai dilakukan pemilu terbuka, saat itu pemenangnya adalah SBY menang pada putaran kedua. Setelah quick count dirilis dan memenangkannya, rakyat mulai percaya quick count setelah hasilnya tidak beda jauh dengan hasil perhitungan KPU.
Ini aseli jariku
Sebenarnya Indonesia sudah mulai melakukan quick count sejak th 1977, LPES secara diam diam melakukan quick count tentang pemilu saat itu dan hasilnya  mencengankan karena berbeda dengan hasil yang dirilis PPI(Panitia Pemilih Indonesia) atau KPUnya saat itu. Tapi Rustam Efendi ketuaLPES saat itu tidak berani mengumumkannya di era ORBA.
Selanjutnya th 2004, saat Pilpres dimulai dengan pemilihan langsung oleh rakyat, quick count mulai akrab dan selalu dinanti keahdirannya. Pilpers 2004 yang dimenangkan SBY juga tidak lepas diketahui dengan cepat lewat quick count. Rakyat mulai percaya setelah hasil quick count tidak beda jauh dengan perhitungan KPU.
Sejak saat itu quick count selalu dinantikan kehadirannya saat pencoblosan selesai, karena memang hasil quick count tidak pernah meleset.
Nah yang mungkin membuat kita terheran heran, kenapa kok kubu No 2 bisa mengasilkan quick count yang hasilnya berkebalikan dengan quick count yang dilakukan lembaga survay yang sudah diakui KPU.

Kamis, 11 April 2019

Test kredibilitas client anda

Bagaimana caranya mengetahui sikap seseorang? mudah kalo kita sering bergaul dengannya, apalagi kalo teman kita cuma sedikit, gimana kalo lebih dari 100, 1000, atau bahkan lebih dari jutaan! apalagi sampai milyaran.


Kasus seperti ini mulanya yang mengilhami manusia untuk selalu mencari cara yang mudah, cepat, murah dan tepat. Dengan menggunakan machine learning terselesaikan masalahnya.

Kami coba membuat aplikasi untuk menguji kredibilitas client, data sintetis diambil dari sini, aplikasi ditulis dengan bahasa R dan disimpan dalam server shiny. Sebagian scriptnya ada di sini:

Kapan Puncak Covid19 di Indonesia ?

Prediksi Covid19, kapan mencapai puncaknya? Selamat Idhul Fitri from Home, menjawab pertanyaan kapan covid19 mencapai puncaknya? ...